Mengapa Interleukin-6 ( IL-6 ) penting?

Admin/ May 27, 2021/ Flexylabs Info/ 0 comments

Pengujian Kadar Interleukin-6 (IL-6) dengan ELISA

Munculnya berbagai varian penyakit baru yang disebabkan oleh bermacam jenis patogen mendukung terus dilakukannya riset (dan tentu saja aplikasinya) untuk menemukan sistem deteksi yang paling akurat. Terkini, ada 2019-nCoV yang menyebabkan pandemi hampir di seluruh negara. Karena merupakan jenis virus RNA, virus ini mudah mengalami mutasi dan menciptakan varian-varian baru.

Peningkatan kadar sitokin inflamasi yang menyebabkan terjadinya badai sitokin atau sindrom pelepasan sitokin/cytokine release syndrome (CRS) merupakan imbas dari infeksi virus ini. Teori yang dipaparkan Liu et al. (2020) menjelaskan sitokin inflamasi dan kemokin, termasuk interleukin-6 (IL-6), interleukin-1β (IL-1β), induced protein-10 (IP10), dan monosit chemoattractant protein-1 (MCP-1), meningkat secara signifikan pada pasien COVID-19. Merujuk pada hal tersebut, maka IL-6 dapat menjadi marker atau indikator deteksi dini yang berguna untuk adanya aktivasi sitokin proinflamasi pada pasien COVID-19.

IL-6 merupakan sitokin pleitropik yang diproduksi oleh sel limfoid dan nonlimfoid serta berfungsi membantu mengatur reaktivitas imun, respons fase akut (acute-phase response), peradangan, onkogenesis, dan hematopoiesis. IL-6 merangsang sintesis hormon adrenokortikotropik di kelenjar pituitari serta menginduksi sintesis faktor pertumbuhan saraf. IL-6 juga dapat mengatur pertumbuhan dan perkembangan sel hematopoietik dan sel induk embrionik (Song & Kellum, 2005). Lebih lanjut, studi yang dilakukan Yang et al. (2003) pada obyek berupa tikus menunjukkan IL-6 sebagai molekul kunci yang terlibat dalam pengembangan disfungsi gut barrier setelah syok hemoragik dan resusitasi.

Hubungan antara peningkatan kadar IL-6 secara in vivo dengan dengan adanya inflamasi dapat dibuktikan pada cairan sinovial/sendi dan serum darah penderita rheumatoid arthritis (RA), serum darah pada pasien yang mengalami luka bakar, serum darah dan urin penerima transplantasi ginjal sebelum adanya penolakan dari tubuhnya, serta serum pasien yang mengalami syok septik (Helle ­et al., 1991).

Perkembangan ilmu pengetahuan berhasil mengembangkan metode deteksi IL-6, misalnya saja radioimmunoassay (RIA) dan enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA). Menurut penurutan Song dan Kellum (2005), pengujian imunologis ini mampu mendeteksi antigen IL-6 pada sampel dari pasien.

Prosedur ELISA menggunakan antibodi monoklonal dan affinity purified polyclonal antibody untuk mengukur IL-6 pada manusia. Dari paparan Helle et al. (1991), kedua jenis antibodi tersebut sangat ampuh dalam menetralkan aktivitas biologis IL-6 rekombinan maupun alami manusia. Antibodi monoklonal digunakan sebagai antibodi penangkap (capture antibody), sedangkan antibodi poliklonal dalam bentuk terbiotinilasi digunakan sebagai antibodi pendeteksi (detecting antibody) jika dikombinasikan dengan konjugat HRP streptavidin dan sistem amplifikasi sinyal. Tes yang saat ini tersedia secara memiliki batas deteksi antara 2 dan 5 pg/mL.

Selain pada 2019-nCoV, beberapa jenis virus—termasuk di dalamnya HIV—menginduksi produksi IL-6, sehingga dapat dikatakan bahwa jenis sitokin dapat menjadi marker berbagai macam penyakit secara spesifik, tergantung pada antibodi yang digunakan dalam pengujian. Bahkan IL-6 dapat menjadi deteksi dini munculnya tumor seturut dengan fungsinya dalam pertumbuhan dan perkembangan sel hematopoietik.

Untuk menunjang penelitian-penelitian terkait, kami menyediakan berbagai brand ELISA Kit yang kompatibel dalam riset IL-6 dari beragam sampel.

Silakan kontak kami untuk melakukan konsultasi dan pemesanan:

CS Flexylabs
+6281283722016

Source:

Helle, M., Boeije, L., de Groot, E., et al. (1991). Sensitive ELISA for interleukin-6. Journal of Immunological Methods, 138(1): 47–56.

Liu, B., Li, M., Zhou, Z., et al. (2020). Can we use interleukin-6 (IL-6) blockade for coronavirus disease 2019 (COVID-19)-induced cytokine release syndrome (CRS)? Journal of Autoimmunity, 102452: 1-8.

Song, M. & Kellum, J. A. (2005). Interleukin-6. Society of Critical Care Medicine33(12): 463-465.

Yang R, Han X, Uchiyama T, et al. (2003). IL-6 is essential for development of gut barrier dysfunction after hemorrhagic shock and resuscitation in mice. Am J Physiol Gastrointest Liver Physiol, 285: 621-629.

Editor: Fiorentina Refani

Share this Post

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *